Industri Ganja Semakin Melonjak Ini Dampak Buruknya pada Lingkungan_

Industri Ganja Semakin Melonjak  Ini Dampak Buruknya pada Lingkungan_

SariAgri - Sejak dikeluarkan dari daftar narkotika golongan IV oleh Komisi PBB untuk Narkotika (CND) pada Desember 2020 lalu, pemanfaatan tanaman ganja kian meningkat di sejumlah negara, baik demi kepentingan medis hingga rekreasi.
Di Amerika Serikat, 14 negara bagian bahkan telah mendekriminalisasi penggunaan ganja untuk rekreasi. Namun terlepas dari kontroversinya, berkembangnya industri ganja ternyata menyisakan persoalan terkait lingkungan. Sejumlah ahli bahkan meyakini, penanaman ganja memberi dampak cukup besar, baik terhadap tingkat polusi hingga sumber daya air.
Penggunaan air
Melansir Inhabitat.com, seperti kebanyakan tanaman, ganja atau mariyuana membutuhkan air untuk tumbuh, bahkan mungkin lebih dari tanaman lain. Seperti ditulis Andrea Michelson dalam Smithsonian, ganja adalah tanaman yang sangat haus akan air. Fakta ini pula yang memaksa Dewan Pengendalian Sumber Daya Air Negara Bagian California untuk menetapkan pedoman untuk mengatur penggunaan air industri.
"Meskipun studi tentang mariyuana sering kali terbatas karena komplikasi hukum, kami memiliki beberapa informasi tentang kebutuhan air tanaman tersebut. Misalnya, selama musim tanam di California, setiap tanaman membutuhkan hampir 22 liter air sehari," ujar Andrea Michelson.
Menurut informasi dari artikel Harian JSTOR tentang "Kelemahan Lingkungan dari Budidaya Ganja", penggunaan air tanaman ganja dapat mencapai total tiga miliar liter per kilometer persegi tanaman yang ditanam di rumah kaca antara bulan Juni dan Oktober.
Konsumsi energi
Menanam ganja di dalam ruangan seperti rumah kaca membutuhkan banyak energi. Operasi dalam ruangan ini menarik bagi banyak petani karena dapat memungkinkan produksi lebih cepat. Tetapi produksi tersebut membutuhkan listrik untuk menyalakan segala sesuatu mulai dari pencahayaan intensitas tinggi hingga sistem pemanas dan penurun udara.
Beberapa penelitian memperkirakan bahwa energi yang dikonsumsi oleh industri dalam ruangan menyumbang 1% dari total listrik tahunan yang digunakan di AS.  berita hortikultura terkini Meskipun angka itu mungkin tampak kecil di luar konteks, sebenarnya setara dengan jumlah listrik yang dibutuhkan untuk memberi daya 92.500 orang Amerika rumah selama setahun.
Seperti yang dilaporkan Smithsonian, "Itu berarti 472 ton karbon terkait listrik dan jumlahnya terus bertambah seiring dengan perluasan industri (tanaman ganja)".
Baca Juga:   Benarkah Kunyit Ampuh Obati Penyakit Asam Lambung?  Kundur, Si Buah Raksasa yang Punya Segudang Manfaat

Polusi dan emisi
Menurut data, banyak petani dalam ruangan yang terhubung ke jaringan, dan sekitar dua pertiga listrik di jaringan dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Itu artinya, setiap satu pon ganja yang dihasilkan menghasilkan sekitar 1,95 metrik ton karbon dioksida, setara dengan tiga perjalanan lintas negara dengan mobil hibrida 44 mpg, atau pembakaran batu bara 2.095 pon. Artinya banyak sekali CO2 yaitu jumlah karbon yang sama yang diserap oleh 1,6 hektare hutan AS dalam satu tahun.
Meskipun Smithsonian setuju bahwa budi daya dalam ruangan menghasilkan jejak karbon yang sangat besar, emisi karbon bukanlah satu-satunya masalah. Di Colorado, AS, setelah negara bagian mulai mengizinkan penjualan ganja rekreasi pada tahun 2014, menurut JSTOR Daily, emisi dari lebih dari 600 petani berlisensi di Denver saja sudah cukup untuk meningkatkan kewaspadaan atas polusi udara.
William Vizuete, profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Gillings University of North Carolina, menyelidiki masalah ini dan penelitiannya menunjukkan bahwa tanaman ganja menghasilkan senyawa organik yang mudah menguap atau VOC yang dapat menghasilkan polutan berbahaya, lapor jurnalis Jodi Helmer dalam artikel tersebut.
berita hortikultura Jika tanaman menghasilkan VOC, ada kemungkinan besar bahwa dalam kondisi tertentu, penanaman ganja dapat memengaruhi ozon," ujar Vizuete.
VOC ini tidak hanya menimbulkan masalah bagi lingkungan tetapi juga bagi kesehatan manusia. Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, VOC dikaitkan dengan kondisi seperti mual, kerusakan hati dan kanker.
Tetapi petani berlisensi bukanlah satu-satunya yang terlibat dalam industri ganja dan operasi pertumbuhan ilegal menimbulkan masalah mereka sendiri. Di antara masalah ini adalah penggunaan “insektisida terlarang dan bahan kimia lainnya” yang dapat merusak satwa liar dan persediaan air setempat. Beberapa daerah bahkan telah menyaksikan dampak langsung dari pencemaran ini.
"Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih dari 85 persen nelayan Pasifik di dekat lokasi budi daya (tanaman ganja) di pegunungan Sierra Nevada terpapar racun yang menyebabkan sekitar 10 persen dari semua kematian spesies yang terancam itu." Kata Grist.
JSTOR Daily memberikan bukti lebih lanjut tentang bahaya terhadap satwa liar dengan contoh populasi salmon Coho dan ikan trout steelhead yang telah musnah setelah petani mengalihkan aliran sungai di Mendocino, California.
Video Terkait